”War” Takjil, dan Jejak Sampah: Berbuat Lebih Baik Saat Ngerandu Buko

Beranda Banyuwangi Hijau Artikel ”War” Takjil, dan Jejak Sampah: Berbuat Lebih Baik Saat Ngerandu Buko
”War” Takjil, dan Jejak Sampah: Berbuat Lebih Baik Saat Ngerandu Buko
14
Mar

Oleh, Tidak diketahui

”War” Takjil, dan Jejak Sampah: Berbuat Lebih Baik Saat Ngerandu Buko

Salah satu pedagang melayani pembeli yang menggunakan wadah sendiri saat berbelanja di Pasar Takjil Pantai Marina Boom Banyuwangi [Jumat, 14 Maret 2025]

 

Menjelang berbuka, suasana Banyuwangi semakin hidup dengan Festival Ngerandu Buko, tradisi menunggu waktu berbuka dalam budaya Osing. Lebih dari 1.400 UMKM meramaikan 70 titik pasar takjil, menyajikan beragam kuliner khas, dari kolak manis hingga ketan kirip. Selain menghidupkan tradisi berburu takjil, festival ini juga menjadi pendorong ekonomi lokal.  

Namun, di balik semaraknya Ramadan, lonjakan sampah menjadi tantangan besar. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi, setiap orang rata-rata menghasilkan 0,47 kg sampah per hari, sehingga total timbulan sampah harian mencapai 799 ton.Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, sampah selama Ramadan meningkat 10–20%, yang berarti tambahan 80 hingga 160 ton per hari di Banyuwangi. Dalam dua minggu terakhir Ramadan, akumulasi sampah bisa melebihi 13.000 ton. 

Gerakan Gaya Hidup Sadar Sampah yang digaungkan dalam Surat Edaran Nomor 02 Tahun 2024 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (saat ini Kementerian Lingkungan Hidup - KLH) mengajak kita untuk lebih peduli terhadap jejak sampah yang kita tinggalkan. Salah satu langkah sederhana yang bisa dilakukan adalah membawa wadah sendiri saat membeli takjil. Dengan cara ini, kita dapat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai yang sulit terurai dan menjadi beban lingkungan. Selain itu, pisah sampah dari rumah juga dapat membantu memastikan sampah yang dihasilkan bisa dikelola dengan lebih baik. 

Pemkab Banyuwangi telah menyediakan layanan sampah di desa dan kecamatan sebagai solusi bagi masyarakat untuk mengelola sampahnya dengan lebih aman. Melalui Program Banyuwangi Hijau, Pemkab Banyuwangi telah menghadirkan layanan persampahan bagi 42 desa yang tersebar di beberapa kecamatan, termasuk Songgon, Singojuruh, Kabat, Rogojampi, Sempu, dan Blimbingsari. Beberapa desa tersebut di antaranya adalah Desa Songgon, Desa Bayu, Desa Sragi, Desa Balak, Desa Sumberbaru, Desa Parangharjo, Desa Aliyan, Desa Singolatren, Desa Kedaleman, dan Desa Lemahbangdewo.  

Selain itu, Pemkab Banyuwangi juga membangun Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Balak yang bertujuan untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampah dan mengurangi timbulan sampah yang tidak terkelola dengan baik. Upaya ini juga didukung dengan dorongan bagi masyarakat untuk memisahkan sampahnya dari rumah, guna mengurangi potensi penumpukan sampah yang berakhir di sungai, lahan kosong, atau berserakan di lingkungan sekitar.  

Bulan Ramadan adalah momen istimewa untuk merenung dan memperbaiki diri, termasuk dalam cara kita menjaga lingkungan. Mulailah dari rumah: pisahkan sampah sejak dini, bawa wadah sendiri, dan manfaatkan layanan pengelolaan sampah yang ada. Ajaklah keluarga, teman, dan tetangga untuk bersama-sama mengubah kebiasaan kecil ini menjadi gerakan besar. Dengan langkah sederhana tersebut, Festival Ngerandu Buko dan Ramadan tidak hanya tentang cita rasa takjil yang menggoda, tetapi juga menyebarkan berkah melalui kepedulian terhadap semesta yang kita cintai.  

Artikel Lainnya

gajah oling